Halaman-halaman ini sebagiannya bukanlah
karena ideku semata, tapi sepenuhnya untuk Idea.
Kudedikasikan kepadamu, untuk Ideaku. Banyak sebab yang mendasarinya. Banyak
sejarah yang melatarbelakangi proses penamaannya. Sebagian pernah kutuliskan pada
beberapa halaman sebelumnya, seperti di halaman Titik Balik, dan sebagiannya
lagi cukup aku saja yang mengetahuinya. Selamat bila kau jadi penasaran. Tak
menarik bila tak ada rahasia.
Kadang kalau suasana hatimu sedang tak baik, terenyuh
karena kondisi hubungan kita yang belum pada posisi yang ‘layak’, ataukah suasana
hatimu sedang mojjo’ –sepadan dengan istilah
bad mood–, Noneng merupakan nama
alternatif yang aku pakai untuk menyapamu. Aku menyukainya karena kau sedikit
tak menyukainya. Kampungan, kata sebagian orang –termasuk diriku. Hitung-hitung
kujadikan sebagai pencair suasana saja. Ada alasan yang mendasarinya. Ada pula
sejarah yang melatarbelakangi proses penamaannya. Sebagian pernah kutuliskan secara
fiksi di halaman Sudahlah, dan sebagiannya lagi cukup aku saja yang
mengetahuinya. Selamat bila kau jadi penasaran lagi. Tak menarik bila tak ada
rahasia.
Mungkin kau tak mengetahuinya –kecuali jika
kubawakan sebuah cermin seukuran badan– bahwa wajahmu sangat tidak sedap
dipandang bila kau sedang mojjo’. Fenomena
ini hampir diderita oleh sebagian besar perempuan di muka bumi ini. Parahnya, kadang
mereka tak suka dan tak mau tahu bila dikatakan seperti demikian. Perempuan hanya
ingin dipahami, katamu. Belum cukupkah pahamanku selama ini? Tentangmu memang sangat
kompleks dan rumit. Masih ada setumpuk rahasia yang belum bisa aku kuak. Terkadang,
menariknya dirimu karena masih adanya sisi-sisi kehidupanmu yang belum kuketahui,
yang membuatku semakin penasaran. Dan dengan cara yang sangat disengaja kau menjadikannya
demikian. Selamat berpenasaran, katamu sambil meringkik.
***
(Sumber : di sini)
Oke, mari kita berbicara tentang rahasia. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI edisi kedua) –edisi paling baru yang kupunya, rahasia adalah sesuatu
yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain. Apa sebenarnya yang
membuat kita menjadikan sesuatu itu sengaja untuk disembunyikan dari seseorang?
Perhatikan kata ‘sengaja’ itu. Pertanyaan yang agak rumitnya mungkin seperti
ini. Mengapa Tuhan dengan sengaja menebarkan rahasia-rahasia kehidupan kepada kita
–manusia– di dunia ini? Untuk apa? Tuhan telah dengan sengaja menitipkan dua
hal yang paling mendasar kepada kita, yaitu akal dan rahasia. Untuk apa Tuhan
memberikan kita akal kalau tak ada rahasia yang mau diungkap? Apa gunanya juga
Tuhan menciptakan rahasia-rahasia kehidupan kalau akal tidak pernah kita miliki?
Nah, kalau ada seseorang yang ingin membisikmu dengan mengatakan, “Eh sini, ada
rahasia yang ingin kukatakan”, itu bukanlah rahasia namanya. Ceritanya lain karena
kontradiktif dengan makna yang ada dalam KBBI edisi terbaru yang kupunya. Kita bersepakat
saja dengan mengatakan, itu cuma gosip.
Kupikir di situlah menariknya sebuah rahasia,
‘seksi’ menurut sebagian orang. Bagi seseorang yang mau meluangkan waktu menggunakan
akalnya untuk menguak sebuah rahasia kehidupan, penasaran adalah kata yang
tepat untuk mewakili suasana hatinya. Dalam benak orang-orang yang penasaran, menumpuk
banyak pertanyaan-pertanyaan. Akan banyak tanda tanya yang berseliweran di dalam
kepalanya. Berpikir dan teruslah berpikir untuk mencari tahu, karena sejatinya
sebuah pertanyaan membutuhkan adanya sebuah jawaban. Maka, jadilah ia sebagai seorang
“pencari kebenaran”. Seperti Nabi Ibrahim ketika melakukan pengembaraan akal
mencari eksistensi tentang Tuhan dan kehidupan.
Tak ada ilmu yang dengan seketika bisa kita
ketahui. Banyak proses-prosesnya menuju ke sana. Pengetahuan-pengetahuan yang
diperoleh dari proses pencarian itu masih perlu dipoles dengan dialektika yang
menempa-nempa. Semakin banyak tempaannya, ilmunya akan semakin berkilau. Masih
terlampau banyak ilmu yang mengendap dalam ranah kehidupan ini. Bahkan, jika
lautan yang dijadikan sebagai tinta dan daratan yang dijadikan sebagai hamparan
kertas, pun itu tidak akan cukup untuk menuliskan segalanya. Maaf, ayat atau
hadisnya belum aku tahu. Aku hanya tahu artinya saja dari ceramah-ceramah di
mesjid. Itupun mungkin belum terlalu sempurna.
Banyak cara untuk menguak rahasia-rahasia
kehidupan ini. Banyak jalan untuk mengetahui ilmu-ilmu itu. Hanya saja jalan
menuju ke sana bermacam-macam lintas. Ada yang jalannya lurus-lurus saja, ada
yang berbelok-belok, ada yang mentok, bahkan ada yang cuma ilusi, membuat kita
tersesat dalam proses pengembaraan pencarian itu. Maka, dibutuhkanlah sebuah
obor, penerang dalam pengembaraan kehidupan ini. Mudah-mudahan kita bersepakat
dengan mengatakan bahwa iman adalah satu-satunya obor itu. Ilmu tanpa iman,
pincang. Iman tanpa ilmu, lumpuh. Maaf, mungkin susunan kalimatnya tertukar
atau masih belum sempurna. Aku tak mampu mengingat-ingatnya lagi.
***
Bukan hanya dengan nama Idea
saja aku memanggilnya. Masih ada nama lain yang sering aku gunakan untuk
menyapanya. Belum ada sebab yang mendasarinya. Pun belum ada sejarah yang
melatarbelakanginya. Kupikir cukup kami berdua saja yang mengetahuinya karena sifatnya
privasi dan bukanlah untuk konsumsi publik. Pahami sajalah para sahabat. Tak
menarik bila tak ada rahasia yang bisa kami bagi kepada kalian di akhir halaman
ini. Namun, setelah ini dan di halaman-halaman selanjutnya, tetap, aku
memanggilnya Idea. (*)
(Makassar, 3 Mei 2012)
Menjadikannya sebuah rahasia memang selalu menjadi menarik tuk menggelitik rasa ingin tahu orang lain, mudah-mudahan halaman-halaman berikutnya akan menjawab rasa ingin tahu kami itu...Kami tunggu kabar bahagia itu ya....
ReplyDeleteSelamat berpenasaran yach..., hehee..:)
Delete+1
ReplyDeleteBlog walking, salam kenal yah :)
Terima kasih komentnya, salam kenal balik :)
DeleteKenapa tidak coba tulis di kompasiana kawan, tulisan mu begitu anggun dan teduh ... Pasti banyak yang senang dengan tulisan - tulisan mu. #salam =)
ReplyDeleteSudh ada beberapa yg sy masukkan di fiksi kompasiana..
DeleteTerima kasih atas saran dan pujiannya, salam kembali :)