(Sumber Google)
DI sini, kita pernah diam satu sama lain. Duduk
ditemani gemercik air di kolam ikan yang mengeruh, gemerusuk dedaunan di dahan-dahan
pepohonan, dan siliran angin sore yang mendesir sepoi. Termangu dan saling
tatap penuh gagap, bisu tak mampu mengucap sederetan kata. Gamang kalau-kalau
sampai terucap ataupun terngiang kata-kata yang akan sulit untuk dimaknai. Kusiratkan
hasrat agung memelesat lewat mimik mendayu-dayu tanpa kata. Matamu menyorot
sendu, terbesit sebuah alasan yang muskil untuk dikata-katakan. Kau mendengar
suara diamku pun aku memahami teriakan jiwamu melalui sepasang matamu. Saat
itu, hanya diam satu-satunya bahasa hati.
Di
tempat ini, dikelilingi pohon-pohon langka berlabel nama-nama Latin, dimana
kesunyian, cinta, keindahan, kepedihan, dan kebajikan tinggal bersama. Kita
masih di sini meski senja sesumbar merangai sore. Tak ada yang hendak beranjak
bangkit, pun tak satupun yang betah bertahan. Riuh rendah lalu lintas pulang
kantor di sekitar tak ditampiknya. Sampai nafasmu tersengal-tersengal menahan ujar,
hingga nafasku juga tersengau-sengau menunggu jawaban. Sepasang mata dari
langit sedang asyik menyaksikan drama kita. Lalu, seketika saling menghelakan
nafas dalam-dalam, plong, lega selega-leganya karena suara azan meraung
memanggil-manggil. Kita saling merasa, suara itu sebagai tanda jeda dari langit
bahwa diam ini harus segera disudahi.
Keliru
jika mengira cinta tumbuh dari benih persahabatan dan teguhnya masa pendekatan serta
perkenalan. Jika perasaan itu tercipta sesaat, ia tidak akan mampu bertahan
selama bertahun-tahun bahkan sampai beberapa generasi. Pun sepadan dengan
pepatah Latin tentang persiapan sebelum berpidato, qui ascendit sine labore, descendit sine honore (mereka yang naik
tanpa kelelahan, akan turun tanpa kehormatan). Cinta adalah satu-satunya bunga
yang tumbuh dan menyerbak tanpa peduli dengan musim-musim.
Kehidupan
seorang manusia tidak dimulai dalam rahim dan tidak pula berakhir di kuburan.
Begitupun dengan cinta. Ia adalah keabadian sekaligus sebuah keajaiban.
Aku
mengenalmu tidaklah lama. Dulu, aku bukanlah siapa-siapamu apalagi sahabat
karibmu. Pun tak ada pendekatan atau perkenalan yang berlebihan. Namun, jatuh
bangun dan getirnya hati pernah kurasai beberapa kali bahkan sampai menahun. Kuharap
kau masih ingat, tentang ini pernah kutulis di beberapa halaman ideaku
sebelumnya. Kupikir ini adalah predestinasi-Nya. Sebuah cinta yang sudah dulu ada,
jauh sebelum masing-masing kita dilahirkan. Di langit sana, jauh sebelum kita
saling memahami satu sama lain, telah termaktub dalam proyeksi percintaan anak
cucu Adam. Di taman ini, cinta itu kembali bersemi. Pun kita memakluminya sebagai
sebuah keajaiban.
Di
taman ini, seraya mendengar helaan nafas magrib yang dipaksanya bangun
terengah-engah karena malam sedari tadi sengal letih menunggu. Satu jam
berlalu, tiap menitnya kuhitung sebagai setahun cinta. Di langit, sepasang mata
masih sedang asyik menanti saat-saat di mana cerita ini sudah bisa ditebaknya sendiri.
Hanya was-was saja kalau ada adegan yang tampak kurang sempurna. Sandiwaranya
yang kita lakonkan di taman ini, mungkin adalah drama tragis mengharukan sekaligus
menarik untuk disaksikannya. Sebuah perjalanan cinta yang rumit nan penuh liku.
Sedikitpun nyaliku tak pernah akan ciut, karena tak mungkin tercipta sebuah
kesabaran tanpa adanya cobaan yang menempa.
Kulihat
wajahmu menyimpul senyum merekah penuh keyakinan, menghunjamkan makna tanpa
kata tepat menusuk di sanubariku. Cukup kupahami sebagai sebuah kedamaian, tak
perlu kutimpali dengan kata-kata pula. Kesunyian malam, cahaya bulan,
bunga-bunga, dan pohon-pohon di taman langit ini membuat kita lupa akan semua
kenyataan kecuali cinta. Sekarang aku tahu bahwa ada sesuatu yang lebih tinggi
dari langit, lebih dalam dari samudera, serta lebih aneh dari hidup, mati, dan
waktu. Kini akupun tahu sesuatu yang tak aku ketahui sebelumnya. (*)
(Makassar,
21 Februari 2012 / 5 April 2012)
Kepada siapa kita melabuhkan cinta sebenarnya sudah tertulis rapi di langit jauh sebelum kita dilahirkan. Ditengah jatuh bangunnya dinda mengejar cinta, yakinlah suatu masa nanti akan ada cinta yang abadi merangkul hari-harimu...
ReplyDeleteHanya khawatir sja kalau-kalau bukn namanya yg tertera dicatatan diktum-Nya,hehee... Mksih komentnya..!!
Delete