25/01/2016

Poppo'


Pada tengah malam yang purnama, seorang pria hampir memergoki Sanna berseliweran di kolong rumahnya. Anjing menyalak memecah keheningan. Pria itu bergegas ke halaman depan rumahnya menggali sebuah lubang. Dengan memakai sarung dan songkok, pria itu memasukkan kendi berisi ari-ari ke dalam lubang. Ayah dari ari-ari bayi itu melafazkan beberapa mantra kemudian menaburkan segenggam garam dan bawang di selingkaran lubang yang telah dikubur.
Nyalak anjing bertalu-talu. Perhatian Sanna terutuju pada bau anyir di atas rumah panggung pria itu. Hasratnya hampir memudar lantaran rapalan mantra dan bau bawang. Namun, tidak. Liurnya makin membuncah. Dahaganya kian menyiksa. Rambutnya semrawut. Matanya memancar nyala merah. Sanna menunggu perhatian dukun beranak lengah setelah lelah membantu persalinan istri pria itu. Perasaannya berkecamuk karena sudah tak mampu menahan hasratnya yang semakin menyiksa saat purnama datang.
***
Menjelang subuh, tubuh Sanna melesat menuju rumahnya. Tubuhnya melayang ke atas bubung rumah panggungnya, lalu turun ke kamar tidur. Sanna merubah diri. Kini tubuhnya dirasa benar-benar telah pulih seperti manusia biasa.
Lumayan untuk permulaan, batinnya.
Untuk kali pertama, ia merasakan tubuhnya semakin kuat. Semangatnya membara, wajahnya kian menawan. Sanna senang, kemudian terlelap tenang. Akhirnya, malam itu, Sanna luluh menuruti nalurinya menjadi Poppo’. (*)

Keterangan: Poppo’ adalah sosok siluman di kalangan masyarakat Bugis-Makassar
(Dipublish di Novel Nusantara, http://novel.id/t/poppo-umar-mansyur/3092, dan meraih pengahargaan sebagai Cerite Terpendek Terbaik 4)

1 comment: